menatap matamu bagaikan menatap garis di cakrawala.
begitu indah hingga kata tak lagi memiliki makna.
begitu tenang bagai desir yang menggetarkan air.
begitu nyaman bagai hangat yang mendekap dingin.
aku tidak tahu perasaan apa yang menusuk di hatiku.
kau bagaikan gravitasi yang menarikku dengan begitu kuatnya.
aku tidak mengerti cinta.
terkadang ia seperti memiliki jiwa.
dan terkadang ia seperti memiliki kehendak.
aku tidak mengerti tentang keinginan bahkan aksi-aksinya.
terkadang tanpa kusadari aku sudah terseret dan ikut terjebak bersamanya.
“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…” (Kahlil Gibran)
aku akan terus melangkahkan kaki.
mengejar sang waktu yang terus berjalan tanpa henti.
meski dimensi kita kini kian berjauhan.
kota kita kini menjadi sebuah batasan.
namun aku tahu, cinta selalu memiliki kisah.
meski terkadang ia menulis lirih.
namun tidak selalu berakhir sedih.
ini adalah titik awal.
sebuah perjalanan baru dengan kisah yang baru.
jatuh cinta memang terkadang melelahkan.
tapi jatuh cinta tidak pernah membosankan.
dan aku akhirnya sadar bahwa aku tidak pernah lelah dan bosan untuk jatuh cinta padamu.
gigi,
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
Comments
Post a Comment